Umumnya
manusia lebih memikirkan egonya sendiri seolah-olah dunia ini menjadi miliknya
sendiri. Diberi satu minta dua, diberi dua minta tiga, diberi tiga minta
seratus, diberi seratus minta satu juta dan seterusnya. Tidak ada kepuasan yang
ada dalam diri seorang manusia. Tragisnya dari jutaan manusia yang ada di dunia
ini jika satu dengan lainnya memiliki sifat egoisnya sendiri-sendiri, maka
cepatlah rusak dunia ini. Bayangkan saja, jika sudah menguasai hutan, maka ia
bisa bertindak seenaknya sendiri untuk mendapatkan keuntungan demi memuaskan
egonya.
Setiap
agama yang ada di dunia ini tidak mengajarkan manusia untuk hidup
sendiri-sendiri. Islam sendiri mengajarkan manusia diciptakan berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Demikian juga Hindu
yang terkenal dengan ajaran Tat Twam Asi. Arti sebenarnya dari Tat Twam Asi
adalah "aku adalah engkau, engkau adalah aku." Intinya adalah engkau
dan aku adalah sama.
Ajaran Tat Twam Asi ini juga dipraktekkan dalam perjuangan pemimpin India
Mahatma Ghandi dalam memerangi penjajah Inggris di negeri tersebut. Kalau kita
mempelajari Tat Twam Asi secara sekilas, maka hal itu tampak remeh. Padahal
jika didalami, makna yang ada sangatlah besar.
Tidak ada perbedaan antara manusia satu dengan lainnya. Semuanya berasal dari
satu yakni GUSTI KANG MURBEHING DUMADI. Dan nantinya jika kehidupan yang
dilakoni di dunia ini sudah usai, maka makhluk hidup semuanya juga akan kembali
ke satu, GUSTI INGKANG MOHO SUCI.
Dalam ajaran Tat Twam Asi tidak hanya terbatas antara manusia dengan manusia lainnya. Tetapi juga antara manusia dengan hewan dan tumbuhan. Seperti disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa ada dua hakekat manusia hidup di dunia ini.
1. Tansah Manembah Marang GUSTI ALLAH
2.
Apik Marang Sak Padha-Padhaning Ngaurip.
Nah, apik marang sak padha-padhaning Ngaurip itu bukan hanya antara manusia
yang satu dengan lainnya, tetapi juga pada hewan dan tumbuhan. Kalau tidak ada
keperluan, janganlah menyakiti tumbuhan dan hewan. Pasalnya, tumbuhan dan hewan
itu juga sama-sama hidup. Mereka juga bernyawa.
Jika kita bisa menjaga keharmonisan antara sesama manusia, hewan dan tumbuhan, maka kita sudah menerapkan HAMEMAYU HAYUNING BAWONO (berusaha membuat cantiknya dunia). Oleh karena itu, manusia harus hidup saling hormat menghormati antara manusia yang satu dengan lainnya. Kalau Anda ingin dihormati, maka Anda harus menghormati orang lain dulu. Janganlah kita merasa orang harus menghormati kita dan kita lebih pintar, lebih kaya dan lebih-lebih lainnya dari orang lain.
Dengan Begitu, kita sudah bisa mengenal dan lebih mendalami arti Tat Twam Asi dan Hamemayu Hayuning Bawono yang merupakan satu dari hakekat hidup yang ditugaskan GUSTI ALLAH pada kita.
graha prima, 23 Desember 2018
tim PAPURGRA graha Prima